Inner Child
1. Kegiatan favorit di masa kecil: bernyanyi, menari, lihat barbie, bersepeda, bikin hasta karya, nulis puisi. Alasan: karena aku suka aja, menyenangkan, bikin mood bahagia.
2. Sekarang aku ga pernah bersepeda ataupun bikin hasta karya karena memang ga ada waktu, ada hal yang lebih ku prioritaskan, dan terakhir mungkin karena malas. Aku merasa sekarang aku sudah punya kesibukan, sedangkan dulu aku masih punya banyak waktu. Aku pernah sekali dua kali bersepeda dengan adek sepupu yang masih SD, itu pun hanya menemaninya. Aku tak pernah membuat hasta karya lagi semenjak aku beranjak dewasa ini.
3. Bakatku waktu kecil mungkin lebih ke seni ya. Aku suka segala hal berkaitan dengan seni. Aku punya bakat di bidang kerajinan. Tapi, sejujurnya aku senang mencoba segala hal dan aku bisa segala hal, hanya saja tidak sampai aku mahir di suatu bidang. Aku juga senang memasak. Reaksi orang ketika aku SD masih awal-awal belajar memasak, meski hanya sekadar membuat mie instan ala aku sendiri, mereka tampak senang dan mempercayaiku bahwa mie buatanku paling enak. Senang rasanya waktu itu. Selain itu banyak yang suka juga dengan hasta karya yang aku buat. Suatu ketika aku ingat pernah ditanyai seseorang tentang apa cita-citaku, aku menjawab sekenanya, "Aku ingin jadi chef!". Ya, karena aku suka masak. Tapi, langsung orang tua dan yangtiku bertatapan tidak enak padaku, lalu marah saat sudah di rumah, mereka berkata, "Cita-cita itu yang tinggi, jangan memalukan kami, malu kalau orang 'batin' cita-citamu ga tinggi. Cita-cita itu ya jadi dokter, jadi ilmuwan, dan profesi yang bagus lainnya." Yaa, mungkin kurang lebihnya seperti itu, karena ucapan aslinya pakai bahasa jawa. Aku sempat syok menghadapi respon mereka dan yaa ga berani lagi. Akhirnya aku berusaha mencari-cari apa yang cocok buat aku; ilmuwan. Yap, akhirnya aku meyakinkan diriku buat jadi ilmuwan dan bakal kuliah di UI jurusan yang berbau IPA. Lucu sih hehehe.
4. Aku senang kehidupan masa kecilku karena aku bisa mengeksplor banyak hal. Hampir segala bidang aku bisa. Karena memang selalu diberi kesempatan untuk mencoba, hingga akhirnya aku menyukai banyak hal. Meski aku tak bisa hebat di salah satu hal.
5. Cita-citaku waktu kecil adalaah... ilmuwan.
6. Kegiatanku waktu kecil adalah bermain dan belajar. Seperti bersepeda, 'pasaran', bernyanyi, bermain acting, menyanyi, aku juga suka belajar. Aku rasa cukup punya kebebasan dalam memilih, tapi juga suatu kala ketika apa yang aku pilih menurut mama ayah itu salah, pasti aku dimarahin besar-besaran dan akhirnya aku makin kesini juga takut buat memutuskan pilihan sendiri. Yaa bisa jadi si mengikuti kemauan orang-orang di sekitarku.
7. Hobiku sekarang adalah menonton film, edit video, fotografi, videografi, desain, yaa masih berbau seni, cuma beda rupa aja. Aku senang ketika aku merasakan kebebasan menikmati hidupku, seperti berkeliling kota, traveling ke pantai ataupun gunung, aku sukaa kebebasan sambil menghirup udara segar.
8. Hal-hal yang tidak nyaman aku rasakan waktu kecil adalah ketika: di awal waktu aku merasa enjoy dan senang, lalu suatu ketika aku melakukan suatu kesalahan yang bahkan aku tidak mengerti bahwa itu suatu kesalahan, mama ayah marah padaku, dan seketika mood ku dari yang awalnya senang langsung berubah muram. Sampai saat ini, dewasa ini juga masih sering kurasakan. Aku gatau kenapa juga sampai saat ini aku masih menjadi orang yang aneh, yang punya cara sendiri, berbeda, dan menurut orang tuaku itu adalah suatu kesalahan. Aku menghadapinya waktu kecil dulu ya haya pasrah, aku nunduk, dan dalam hati berusaha: tolong lupakan semua ini, aku tidak nyaman berada pada perasaan bersalah. Aku memikirkan bahwa diriku benar-benar aneh, salah, bodoh, dll, aku berpikir bahwa orang lain mungkin memang ingin yang terbaik buat aku, tapi aku juga merasa: seharusnya bisa dong memberitahu aku pelan-pelan, tidak langsung menusuk ke hati, dan membuatku benar-benar merasa bersalah. Yang tahu tentang masalahku ya sudah pasti hanya diriku sendiri. Tiap kali aku mencoba ingin menjelaskan ke mama ayah, pasti mama selalu langsung tidak setuju dan tidak memberi aku waktu untuk menjelaskan, dan aku sendiri juga masih terlalu takut untuk melanjutkan dan speak up. Sedari kecil aku merasa tidak begitu nyaman untuk mempercayai seseorang, bahkan mama atau ayahku sendiri. Karena memang seringkali aku melakukan kesalahan pasti langsung kena marah. Padal aku ingin sekali mama ayah menjelaskannya pelan-pelan dengan bahasa yang halus dan tidak menusuk hati. Karena kalo udah sekali 'kejentok', pasti diriku selalu merasa: aku harus melupakan semua ini sekarang juga, aku tidak ingin ingat lagi, karena aku tidak suka berada di perasaan bersalah dan disalahkan dan diungkit-ungkit. Tapi memang begitu adanya.