Embun dari Selatan
Ferly Arvidia
Sunday, May 19, 2019
0 Comments
Dear Diary,
Soo long time I didn't tell you anything.
Tau ga sih? Dia yang lama hilang, kini telah kembali. Membawa hasil yang berlimpah ruah dari benih-benih yang dahulunya kami tanam bersama. Bahkan ia membawa perasaan lebih besar dan membawa banyak pula harapan. Aku hanya bisa berdoa semoga harapan tersebut berbuah menjadi kepastian yang berujung.
Aku suka. Keberaniannya. Kesungguhannya. Ketenangannya. Senyumannya yang sehangat mentari pagi. Tawanya. Semua tentang dia membuatku nyaman. Aku tak pernah merasa sedalam ini dengan seseorang. Setelah tiga tahun menghilang, dan kini kembali lagi merupakan suatu kemustahilan yang menjadi kenyataan.
Rasa ini begitu membuncah semakin membesar setiap harinya. Rasa rindu yang tertanam dalam benak masing-masing selalu menyeruak untuk segera dituruti. Ya, masih seperti dulu. Kami masih berjarak. Hubungan jarak jauh yang menurut banyak orang itu berat. Tak semua dapat bertahan karenanya. Akan tetapi, kami selalu berusaha untuk mempertahankan dan memupuknya agar rasa yang tercipta akan tumbuh semakin subur setiap harinya. Sesederhana kami menyatakan untuk saling berkomitmen. Aku pikir itu adalah kunci dari sebuah hubungan. Tak hanya hubungan jarak jauh.
Ah, aku tak mau membicarakannya terlalu dalam. Modern ini, banyak istilah kekinian mulai bermunculan. Salah satunya adalah bucin (budak cinta). Dengan terciptanya istilah tersebut, segala aktivitas dalam 'hubungan' disangkutpautkan dengan bucin. Padahal aku rasa tidak semuanya benar. Hal ini membuat beberapa orang takut untuk mengutarakan ceritanya hanya karena tak siap dikatakan bucin.
Kemana saja aku selama ini? Bodohnya aku menyia-nyiakan kenyamanan ini dalam beberapa tahun terakhir. Kini aku telah menyesal. Aku ingin mengubah segala mindset remajaku yang sangatlah penting bagi setiap orang untuk memiliki sosok 'cadangan'. Jika kita telah diberi satu yang sungguh-sungguh, mau cari yang bagaimana lagi? Tidakkah mudah bagi kita untuk selalu bersyukur? Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?
Dan ya, aku ingin bercerita tentang ia yang meminta pelukan pertamaku. Tentang ia yang selalu menggenggam tanganku ketika kami jalan. Dan ia yang selalu memberikan bahunya untukku bersandar ketika aku berada di titik terendah. Juga 'selalu-selalu' yang lain. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih telah kembali. Dan aku harap apa yang kamu rencanakan dapat terwujud. Mari kita sama-sama berjuang. I will always by your side. Dan aku harap dengan sangat, semoga setelah ini tak ada lagi jarak yang terbentang di antara kita. Aamiinn...
Mungkin aku hanya menuliskan ini saja malam ini. Besok aku ada jadwal UAS (Ujian Agak Serius) matkul Kewarganegaraan. Doakan aku berhasil, ya. Dan doakan IPK-ku dapat meningkat. Agar aku dapat membuktikan bahwa sebuah hubungan tidak akn mengganggu prestasi kita. Sekian. Selamat malam.
Selamat menunaikan ibadah puasa ramadhan.
Ferly Arvidia,
Soo long time I didn't tell you anything.
Tau ga sih? Dia yang lama hilang, kini telah kembali. Membawa hasil yang berlimpah ruah dari benih-benih yang dahulunya kami tanam bersama. Bahkan ia membawa perasaan lebih besar dan membawa banyak pula harapan. Aku hanya bisa berdoa semoga harapan tersebut berbuah menjadi kepastian yang berujung.
Aku suka. Keberaniannya. Kesungguhannya. Ketenangannya. Senyumannya yang sehangat mentari pagi. Tawanya. Semua tentang dia membuatku nyaman. Aku tak pernah merasa sedalam ini dengan seseorang. Setelah tiga tahun menghilang, dan kini kembali lagi merupakan suatu kemustahilan yang menjadi kenyataan.
Rasa ini begitu membuncah semakin membesar setiap harinya. Rasa rindu yang tertanam dalam benak masing-masing selalu menyeruak untuk segera dituruti. Ya, masih seperti dulu. Kami masih berjarak. Hubungan jarak jauh yang menurut banyak orang itu berat. Tak semua dapat bertahan karenanya. Akan tetapi, kami selalu berusaha untuk mempertahankan dan memupuknya agar rasa yang tercipta akan tumbuh semakin subur setiap harinya. Sesederhana kami menyatakan untuk saling berkomitmen. Aku pikir itu adalah kunci dari sebuah hubungan. Tak hanya hubungan jarak jauh.
Ah, aku tak mau membicarakannya terlalu dalam. Modern ini, banyak istilah kekinian mulai bermunculan. Salah satunya adalah bucin (budak cinta). Dengan terciptanya istilah tersebut, segala aktivitas dalam 'hubungan' disangkutpautkan dengan bucin. Padahal aku rasa tidak semuanya benar. Hal ini membuat beberapa orang takut untuk mengutarakan ceritanya hanya karena tak siap dikatakan bucin.
Kemana saja aku selama ini? Bodohnya aku menyia-nyiakan kenyamanan ini dalam beberapa tahun terakhir. Kini aku telah menyesal. Aku ingin mengubah segala mindset remajaku yang sangatlah penting bagi setiap orang untuk memiliki sosok 'cadangan'. Jika kita telah diberi satu yang sungguh-sungguh, mau cari yang bagaimana lagi? Tidakkah mudah bagi kita untuk selalu bersyukur? Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?
Dan ya, aku ingin bercerita tentang ia yang meminta pelukan pertamaku. Tentang ia yang selalu menggenggam tanganku ketika kami jalan. Dan ia yang selalu memberikan bahunya untukku bersandar ketika aku berada di titik terendah. Juga 'selalu-selalu' yang lain. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih telah kembali. Dan aku harap apa yang kamu rencanakan dapat terwujud. Mari kita sama-sama berjuang. I will always by your side. Dan aku harap dengan sangat, semoga setelah ini tak ada lagi jarak yang terbentang di antara kita. Aamiinn...
Mungkin aku hanya menuliskan ini saja malam ini. Besok aku ada jadwal UAS (Ujian Agak Serius) matkul Kewarganegaraan. Doakan aku berhasil, ya. Dan doakan IPK-ku dapat meningkat. Agar aku dapat membuktikan bahwa sebuah hubungan tidak akn mengganggu prestasi kita. Sekian. Selamat malam.
Selamat menunaikan ibadah puasa ramadhan.
Ferly Arvidia,