Seribu Jalan Menuju Roma
Ferly Arvidia
Tuesday, August 22, 2017
0 Comments
Dear Diary and My Readers,
Okay, let me tell you about fail.
Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, Kawan! Percayalah, Tuhan pasti memberikan rencana yang terbaik untukmu kita semua. Kutipan ini mungkin sudah sering kalian dengar, tapi tenang. Biar kalian nggak bosan dan gundah gulana seperti itu, saya nggak akan mengulang kalimat itu berulang kali. Saya hanya ingin mengulasnya dan berbagi motivasi dengan kalian (bukan dengan maksud menggurui atau apa).
Misal saja, jika salah seorang dari kalian telah mengikuti berbagai macam tes untuk mendaftar hingga lima perguruan tinggi atau lebih, tetapi kalian masih saja gagal. Apa yang akan kalian lakukan? Mengulang masa SMA lagi? Tentu itu tidak mungkin. Lantas bagaimana?
Kalau untuk kawan yang masih SMA sih nggak papa, belajar dengan giat, berlatih setiap hari agar memperoleh hasil yang maksimal. Tetapi, jika sudah berbicara tentang takdir atau faktor 'kebejoan', bisa jadi meski sudah belajar sungguh-sungguh tetap saja tidak diterima. (Naudzubillah). Lalu, apakah kalian akan menjadi pengangguran seumur hidup? Tentu saja itu pilihan yang bodoh.
Ada seorang kawan saya di sekolah yang berkata dia akan belajar dengan sungguh-sungguh agar lolos seleksi. Tetapi, setelah saya tanya bagaimana jika tidak lolos? Dia bersikeras untuk mengikuti les (bimbingan belajar) agar dia bisa mengikuti tes PTN (Perguruan Tinggi Negeri) pada tahun berikutnya. Tapi, bagaimana jika mereka yang keadaannya tidak begitu dalam hal materi? Tentu takkan bisa mengikuti bimbel dengan mudahnya minta pada orang tua atau dengan mudahnya membeli buku. Lantas bagaimana?
Hidup ini keras. Kita sebagai manusia ditempa untuk menjalani semua masalah. Berusaha dan berdoa merupakan pasangan yang sudah tak dapat dipisahkan dan harus dilaksanakan. Dengam bekerja, mungkin mereka bisa sedikit membantu beban orang tuanya. Dengan bekerja, dia akan mendapat uang yang lumayan dapat digunakan membeli buku dan keperluan lainnya demi menghadapi ujian depannya. Tetapi, ada beberapa orang yang tidak setuju jika dengan bekerja anak tersebut bisa terjamin kesuksesannya. Memang tidak menjamin sih, tapi menurut saya dengan bekerja bisa menjadikannya mandiri dan lebih tahu betapa kerasnya dunia luar. Mereka ya g sudah kuliah, belum tentu pernah merasakan bagaimana kerasnya dunia, susahnya mencari uang, dan susahnya membanggakan orang tua. Kita sebagai manusia harus berkaca diri, jangan jadikan diri kita sebagai orang yang congkak. Kita ini insan, bukan seekor sapi -Kata Fourtwnty. Maka, dengan adanya kegagalan bukan berarti kita jatuh. Kita masih bisa bangkit. Roda pasti berputar. Jangan sekalipun mengeluh, jika tidak diterima di sekolah favorit. Bercerminlah! Lihatlah mereka yang justru membanting tulang, bekerja demi masa depannya. Seribu jalan menuju Roma menanti kita di depan sana. Jangan sekalipun kita lalai dan patah semangat! Orang besar tidak harus dilihat dari title-nya. Mereka yang sukses tidak harus berlatarbelakang pendidikan yang optimal. Kalian yang sungguh-sungguh pasti bisa mengalahkan mereka.
Cukup sekian cerita saya kali ini, karena tugas Teks Sejarah Bahasa Indonesia masih menanti. Mohon maaf jika ada salah kata, jika ada salah satu dari kalian yang tidak sependapat. Sekali lagi, saya mohon maaf sebesar-besarnya. (Udah kayak pidato aja)
Okelah, see ya soon!
Ferly Arvidia,
Okay, let me tell you about fail.
Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, Kawan! Percayalah, Tuhan pasti memberikan rencana yang terbaik untuk
Misal saja, jika salah seorang dari kalian telah mengikuti berbagai macam tes untuk mendaftar hingga lima perguruan tinggi atau lebih, tetapi kalian masih saja gagal. Apa yang akan kalian lakukan? Mengulang masa SMA lagi? Tentu itu tidak mungkin. Lantas bagaimana?
Kalau untuk kawan yang masih SMA sih nggak papa, belajar dengan giat, berlatih setiap hari agar memperoleh hasil yang maksimal. Tetapi, jika sudah berbicara tentang takdir atau faktor 'kebejoan', bisa jadi meski sudah belajar sungguh-sungguh tetap saja tidak diterima. (Naudzubillah). Lalu, apakah kalian akan menjadi pengangguran seumur hidup? Tentu saja itu pilihan yang bodoh.
Ada seorang kawan saya di sekolah yang berkata dia akan belajar dengan sungguh-sungguh agar lolos seleksi. Tetapi, setelah saya tanya bagaimana jika tidak lolos? Dia bersikeras untuk mengikuti les (bimbingan belajar) agar dia bisa mengikuti tes PTN (Perguruan Tinggi Negeri) pada tahun berikutnya. Tapi, bagaimana jika mereka yang keadaannya tidak begitu dalam hal materi? Tentu takkan bisa mengikuti bimbel dengan mudahnya minta pada orang tua atau dengan mudahnya membeli buku. Lantas bagaimana?
Hidup ini keras. Kita sebagai manusia ditempa untuk menjalani semua masalah. Berusaha dan berdoa merupakan pasangan yang sudah tak dapat dipisahkan dan harus dilaksanakan. Dengam bekerja, mungkin mereka bisa sedikit membantu beban orang tuanya. Dengan bekerja, dia akan mendapat uang yang lumayan dapat digunakan membeli buku dan keperluan lainnya demi menghadapi ujian depannya. Tetapi, ada beberapa orang yang tidak setuju jika dengan bekerja anak tersebut bisa terjamin kesuksesannya. Memang tidak menjamin sih, tapi menurut saya dengan bekerja bisa menjadikannya mandiri dan lebih tahu betapa kerasnya dunia luar. Mereka ya g sudah kuliah, belum tentu pernah merasakan bagaimana kerasnya dunia, susahnya mencari uang, dan susahnya membanggakan orang tua. Kita sebagai manusia harus berkaca diri, jangan jadikan diri kita sebagai orang yang congkak. Kita ini insan, bukan seekor sapi -Kata Fourtwnty. Maka, dengan adanya kegagalan bukan berarti kita jatuh. Kita masih bisa bangkit. Roda pasti berputar. Jangan sekalipun mengeluh, jika tidak diterima di sekolah favorit. Bercerminlah! Lihatlah mereka yang justru membanting tulang, bekerja demi masa depannya. Seribu jalan menuju Roma menanti kita di depan sana. Jangan sekalipun kita lalai dan patah semangat! Orang besar tidak harus dilihat dari title-nya. Mereka yang sukses tidak harus berlatarbelakang pendidikan yang optimal. Kalian yang sungguh-sungguh pasti bisa mengalahkan mereka.
Cukup sekian cerita saya kali ini, karena tugas Teks Sejarah Bahasa Indonesia masih menanti. Mohon maaf jika ada salah kata, jika ada salah satu dari kalian yang tidak sependapat. Sekali lagi, saya mohon maaf sebesar-besarnya. (Udah kayak pidato aja)
Okelah, see ya soon!
Ferly Arvidia,